JAWA BARAT – Dwi Tiya Elvira (36 Tahun) beralamat lengkap di Jalan Suradinaya Utara RT/RW 004/002 Kelurahan Pekiringan Kecamatan Kesambi Kabupaten Cirebon Jawa Barat. Mba Dwi sapaan hangatnya merupakan anak kedua dari Bapak Johari dan Ibu Warsini.
Jika takdir tak memisahkan Mba Dwi dan suami mungkin saat ini sudah menjalani pernikahan selama 10 tahun dan alhamdulillah sudah dikaruniai 2 orang putri. Pada tahun 2018 setelah Mba Dwi selesai menjalani operasi pengangkatan tumor payudara kanan di RS Gunung Jati. Ternyata suami Mba Dwi pun memiliki penyakit jantung dan tak bertahan lama akhirnya Allah SWT memanggil suami kepangkuan illahi robbi. Luka mendalam dirasakan Mba Dwi serta keluarga, takdir memang selalu memiliki cerita yang tak pernah hambanya ketahui.
“Saat itu saya merasa terpuruk, anak-anak masih sangat kecil tapi sudah bisa mendapat kasih sayang seorang ayah. Awalnya kami membuka jasa laundry tetapi semenjak suami saya meninggal, usahanya jadi sepi dan terpaksa harus menutup usaha tersebut. Demi anak, saya tidak bisa terus seperti ini harus bangkit dan bisa membahagiakan anak-anak. Saat itu saya mulai berjualan nasi kuning dibantu oleh kedua orangtua saya karena memang bapak saat itu juga sudah berhenti jadi sopir, kami mulai berjualan dari sore hingga menjelang subuh. Saya berusaha untuk tetap terlihat tegar mengesampingkan rasa sakit untuk bisa menghidupi kedua anak saya.” ujar Mba Dwi kepada petugas Rumah Singgah Pasien.
Pernah satu hari Mba Dwi merasakan pusing yang teramat, sampai akhirnya harus berobat ke rumah sakit Dokter menyarankan Mba Dwi untuk melakukan pengobatan lanjutan di RSHS Bandung karena kemungkinan efek dari operasi sebelumnya, dengan Musyawarah dari keluarga akhirnya Mba Dwi pergi ke Bandung ditemani Bapak Juhari, dan Ibu Warsini menjaga putri-putrinya.
Selama masa berobat rasa sakit terus menerus dirasakan Mba Dwi dan tiba-tiba Mba Dwi tidak bisa melihat dengan jelas, seketika pandangannya kabur. Ia bercerita ke Pak Juhari, Setelah diperiksa ternyata efek dari kanker payudara salah satunya memang ada gangguan pada mata. Setelah menjalani proses sinar radioterapi sebanyak 10 kali, bukannya penglihatannya kembali yang tadinya masih bisa melihat samar-samar tetapi saat ini semua sudah menjadi gelap.
Do’a yang di panjatkan Mba Dwi semoga Ia bisa segera melihat kembali dan berangsur sehat karena kasihan anak-anak tidak ada yang menjaga. Saat ini saja anak bungsu yang seharusnya sudah SD harus ditunda dulu sekolahnya karena tidak ada yang mengajari dan tidak ada biaya, usaha warungnya pun tidak diteruskan karena semua tenaga terbagi untuk berobat dan merawat anak. Saat ini biaya sehari-hari dan berobat untuk Mba Dwi hanya mengandalkan pinjaman dari saudara dan belas kasih dari warga setempat. Beruntung selama di Bandung Mba Dwi dan pak Juhari menemukan Rumah Singgah Pasien IZI-YBM PLN sehingga untuk tempat tinggal dan makan bisa meringankan beban keluarga.
Leave a Reply