Ketersediaan air bersih sangat penting bagi daerah terdampak bencana. Itu termasuk di Lombok yang mengalami guncangan hebat bermagnitudo tujuh.
Saat gempa utama itu terjadi, dusun Dangiang Timur, desa Dangiang, Lombok Utara, mengalami krisis air. Dari sekitar puluhan tempat penampungan air, semuanya rusak. Warga pun sulit mengakses air bersih.
Berbagai cara dilakukan warga dusun Dangiang Timur untuk mendapatkan akses air bersih.
Ada yang menanti uluran tangan dari para relawan. Tapi ada juga yang berinisiatif mencari dari kearifan lokal yang ada.
Seperti contoh sebuah penampungan air di dekat Musholla Al Ikhlas ini. Warga menyebutnya Telage.
Bentuk Telage lebih tepat disebut bak air berukuran besar. Kedalamannya sekitar tiga meter lebih. Berbahan dasar batu bata, ia nya diplester dengan rapih.
Sumber airnya berasal dari irigasi sawah desa. Di salurkan melalui pipa yang dipasang oleh Bapak Sirojudin, seorang tokoh masyarakat lulusan Jepang, Telage berlimpah air.
Secara periodik air irigasi disalurkan ke Telage tiap beberapa jam sekali. Hasilnya dinikmati warga untuk sanitasi, membasuh diri, dan wudhu warga.
Hari ini (20/09), diketahui Telage mengalami retak di bagian dalamnya. Memang dalam beberapa hari ini air cepat sekali surut.
Untuk itu, warga dan para relawan mencari cara cepat untuk memfungsikan kembali Telage. Terpal besar disediakan untuk menutupi celah keluarnya air di dalam penampungan.
Terpal itu ditarik dari luar dan digelar pada bagian dalam Telage. Pengerjaannya dimulai pada pukul 13.00 waktu setempat, dan baru selesai pukul 15.30.
Musim kemarau masih berlangsung di desa Dangiang ini. Panas dan berdebu. Awan pun seakan malas berkumpul di atas langit desa dan enggan menurunkan curahan airnya.
Bersyukur, air irigasi masih berlimpah dari kaki gunung Rinjani.
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada warga desa. Aamiin!
Leave a Reply