Motor kami meluncur ke arah timur. Melewati perkebunan, reruntuhan kantor desa Gumantar, dan hunian sementara milik relawan lain.
Sepanjang 4,3 kilometer berkendara kami didampingi Siti Maemunah, warga desa Dangiang yang memiliki kenalan baik yang sangat membutuhkan bantuan di sana.
Nama kenalannya Suri Sukniati, warga asli Gumantar yang tinggal di desa Sesait, Lombok Utara.
“Saya lahir dan dibesarkan di Gumantar. Setelah menikah tinggal di desa Sesait,” jelas Suri.
Saat gempa pertama Lombok tertanggal 29 Juli 2018, ia dan anak-anaknya mengungsi ke rumah orangtuanya, di dusun Gumantar ini. Hingga tiba waktunya, gempa utama berkekuatan magnitudo 7 jadikan kediaman tersebut dalam bentuk puing-puing batu.
Meski keluarga Suri selamat, ibu berparas ayu itu tak mengerti harus kemana. Rumahnya di Sesait sudah terlebih dahulu hancur pada gempa pertama. Setelah gempa ke dua, suaminya, Mursalim, yang, menjadi TKI di Arab Saudi, menyuruhnya tuk selalu berada tak jauh dari rumah orang tuanya.
Oleh karena mereka terdaftar sebagai warga Sesait, bantuan di Gumantar sama sekali tak menyentuh kebutuhannya. Tenda donasi Lintas Artha lah yang datang kepadanya.
Sebagai bentuk amanah donatur, Tim Relawan Inisiatif Zakat Indonesia mendatangi ibu Suri. Kami membawa tenda untuk ibu dan anak dibawah usia satu tahun kepadanya.
Posisi penempatan tenda berada satu depa di bawah puing-puing rumah orang tua Suri. Agak mengkhawatirkan karena posisinya di bawah pohon kelapa.
Puing-puing rumah orang tua Suri belum sepenuhnya dirapihkan. Maka dari itu, dipilihlah halaman belakang sebagai tempat berdirinya tenda.
Diakuinya tenda sedikit memberikan bantuan bagi Suri dan anak-anaknya. Di samping itu, tenda dapat menghalau nyamuk menggigit anaknya, karena selama ini mereka tinggal di bawa terpal darurat.
Penulis: Dzul Ikhsan
Editor: Ricky IZI Pusat
Leave a Reply