IZI-ers, sering dengar seorang cewek atau cowok meminta bukti cinta ke pasangannya?
“Kalau kamu memang cinta aku, apa buktinya?”
Jadi tidak cuma di pengadilan saja hakim menanyakan bukti-bukti ke jaksa penuntut, tapi memang hampir setiap hal menuntut pembuktian. Ya kan?
Lalu ketika seseorang mengaku beriman pada Allah, mungkin kah Allah tak meminta buktinya? Ya tidak mungkin lah yaa… pasti Allah ‘meminta’ kita membuktikan keimanan tersebut.
Apakah yang menjadi bukti keimanan seseorang?
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim)
Imam Nawawi Rahimahullah menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi (kebenaran imannya).”
Sedekah di sini merujuk pada segala bentuk kebaikan yang kita lakukan pada orang lain. Sekaligus juga sebagian harta yang rela kita sisihkan untuk orang lain.
Jadi, konyol sekali kalau ada orang yang mengaku beriman tapi malas melakukan sedekah dan kikir terhadap hartanya. Sama saja seperti seorang suami yang mengaku cinta istri dan anaknya tapi tak pernah memberi uang nafkah dan tak punya waktu untuk bermain dengan keluarganya. Ini berarti ia berdusta terhadap perkataannya.
IZI-ers, sedekah merupakan bukti iman dan bahkan mampu memperlihatkan sebesar apa keimanan kita. Coba lihat sejarah… Rasulullah dan para Sahabatnya hampir tak pernah sedekah ecek-ecek.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dari Umar bin Khathab. Ia berkata, “Rasulullah memerintahkan kami untuk bersedekah. Pada saat itu aku memiliki harta. Lalu aku berkata, ‘Hari ini aku akan dapat mendahului Abu Bakar. Lalu aku datang membawa separuh dari hartaku.
Rasulullah bertanya, ‘Tidakkah kau sisakan untuk keluargamu?‘ Aku menjawab, ‘Aku telah menyisakan sebanyak ini.’
Lalu Abu Bakar datang dan membawa harta kekayaannya. Rasulullah bertanya, ‘Apakah kamu sudah menyisakan untuk keluargamu?‘ Abu Bakar menjawab, ‘Saya telah menyisakan Alloh dan Rasulullah bagi mereka.’ Aku (Umar) berkata, “Demi Allah, saya tidak bisa mengungguli Abu Bakar sedikitpun.“
Maasya Allah, para Sahabat bersedekah dengan separuh ataupun seluruh harta yang dimiliki, hingga tak lagi mampu merasakan nikmat duniawi seperti tidur di alas empuk ataupun makan dengan bahan makanan yang halus dan enak.
Okelah kalau keimanan kita memang tak sebesar mereka dan tidak sanggup bersedekah sebanyak mereka, at least pilihlah yang terbaik saat memberi untuk orang lain. Jangan memberi makanan basi, baju bekas yang sudah lusuh, atau barang rijek lainnya. Hal ini akan menjadi boomerang untuk kita di akhirat kelak.
Ketika Allah mempertanyakan bukti keimanan, kita akan tertunduk malu kalau sedekah yang kita beri untuk orang lain kualitasnya begitu buruk. Artinya… seburuk itu pula kualitas keimanan kita. Astaghfirullah.
IZI-ers, yuk sedekah yang terbaik untuk membuktikan iman kita pada Allah. Jangan sampai syahadat yang kita ucapkan tak mampu kita buktikan karena begitu jarangnya kita bersedekah. (SH)
Leave a Reply