JAWA TIMUR – 16 April 2021, menjadi hari yang terbayangkan sebelumnya di benak bu Titik ketika harus menjalani operasi caesar untuk kelahiran putranya yang ketiga. Bagi lingkungan masyarakat desa kabupaten pacitan, operasi sesar adalah suatu hal yang menegangkan, masyarakat desa meyakini bahwa operasi sesar yang dilakukan mengindikasikan adanya masalah serius yang dialami oleh janin.
Setelah operasi caesar berjalan lancar, dokter menginformasikan bahwa bayi yang dilahirkan oleh bu Titik ternyata memiliki kekurangan secara fisik. Terlahir dengan kondisi bibir sumbing dan bentuk telinga sebelah kanan tidak sempurna membuat pak Ajid dan bu Titik merasa gelisah, sedih, dan takut. Takut jika nantinya ia akan dikucilkan dengan teman temannya, gelisah membayangkan anaknya bisa bicara atau tidak, serta sedih apakah ia bisa menyembuhkan anak ini secara total. Perasaan itu bercampur menjadi satu hingga membuat bu Titik mengalami drop pasca melahirkan. Satu minggu berlalu, bu Titik mulai ikhlas dengan takdir yang telah Allah tetapkan pada anaknya. Bayi mungil itu lalu diberi nama Galuh.
Saat usia Galuh menginjak enam bulan, pak Ajid dan bu Titik memulai ikhtiarnya dengan menjual sawah untuk biaya pengobatan Galuh. Perjalanan medis Galuh dimulai dari konsultasi ke dokter spesialis di Kabupaten Pacitan. Dokter spesialis anak senior di salah satu RSUD menyarankan untuk memperbaiki berat badan Galuh terlebih dahulu, dokter meresepkan susu khusus untuk memperbaiki berat badan Galuh menjadi ideal.
Setelah 2 bulan berat badan Galuh sudah mencapai angka ideal dan dari pemeriksaan dokter, Galuh siap dioperasi untuk memperbaiki kondisi bibir sumbingnya. Operasi pertama dan kedua yang dilakukan di Pacitan dibiayai mandiri oleh pak Ajid dan bu Titik, dikarenakan beliau sekeluarga tidak terdaftar di BPJS. Bermodal menjual dua ekor sapi dan menjual sawahnya pak Ajid bertekad memberikan yang terbaik untuk Galuh hingga tuntas.
Setelah menjalani dua kali operasi, Galuh masih membutuhkan operasi besar untuk menutup langit langit mulut yang lubang hingga tenggorokan. Sedangkan uang hasil penjualan sapi dan sawah sudah habis bahkan masih menyisakan pinjaman ke saudara dan tetangga. Pak Ajid mulai resah, harus bagaimana lagi mencari dana untuk pengobatan Galuh hingga tuntas. Pak Ajid dan bu Titik setiap harinya menghampiri tetangga dan kerabat untuk meminjam uang.
Hingga satu bulan berlalu, pak Ajid dan bu Titik mengambil jalan terakhir yakni mengajukan pinjaman ke bank. Estimasi biaya operasi ketiga Galuh yakni 35 juta. Pak Ajid dan bu Titik mengajukan pinjaman sebesar 40 juta. Dengan menjaminkan sertifikat rumah dan menceritakan latar belakang kesehatan anaknya, pihak bank mencairkan pinjaman sebesar 40 juta.
Desember 2022, pak Ajid didatangi oleh tim komunitas Petarung kehidupan di Pacitan. Komunitas tersebut mendapatkan info tentang permasalahan kesehatan Galuh dari rekannya. Komunitas tersebut memberikan pintu akses agar galuh mendapatkan bantuan donasi operasi, komunitas petarung kehidupan menginformasikan ke CLP Center (Komunitas Bibir Sumbing Surabaya) bahwa ada seorang anak balita dari pelosok pacitan yang benar-benar membutuhkan operasi bibir sumbing lanjutan untuk menutup langit langit tenggorokannya.
Alhamdulillah dari pihak CLP Center bersedia membiayai keseluruhan operasi yang dibutuhkan oleh Galuh, CLP Center memilihkan dokter terbaik untuk Galuh agar hasil yang didapat diharapkan dapat lebih maksimal. Rumah Sakit Bedah Premier dipilih oleh CLP Center sebagai rumah sakit tempat Galuh melakukan operasi bibir sumbing ketiga.
5 Februari 2022, Galuh ditemani ibunya berangkat ke Surabaya ditemani oleh pak Susilo salah satu tim dari komunitas petarung kehidupan. Setelah dilakukan observasi dari tim dokter, Galuh dijadwalkan operasi hari Rabu 9 Februari 2022. Saat operasi berlangsung pak Ajid baru saja tiba di Surabaya untuk menyusul istrinya yang gelisah menanti proses operasi. Alhamdulillah berjalan lancar dan Galuh diperbolehkan pulang dan melakukan kontrol satu minggu setelahnya.
Setelah diperbolehkan pulang, pak Ajid dan bu Tatik berniat pulang ke Pacitan, akan tetapi melihat kondisi Galuh yang baru saja menjalani operasi rasanya tidak tega jika harus melakukan perjalanan selama enam jam hingga sampai ke rumahnya. Akhirnya pak Ajid berkonsultasi dengan tim komunitas petarung kehidupan, pak Ajid diarahkan ke Rumah Singgah Pasien YBM PLN – IZI Jatim untuk singgah selama satu minggu hingga Galuh dinyatakan boleh melakukan kontrol di rumah sakit Pacitan. (rspizijatim)
Leave a Reply