JAKARTA – Terlihat seorang laki-laki tua sedang asyik sibuk dengan gerobaknya di tepi jalan. Tampak pula dahinya berkerut, rambutnya tipis beruban, memakai kaos agak kotor dan kaki yang tak beralaskan sandal.
Pak Paimo (65 th), itulah namanya yang biasa dipanggil oleh warga yang mengenalnya. Ia tinggal di daerah Ciracas, Jakarta Timur. Sehari-hari kesibukannya sebagai pengangkut sampah sekaligus pengumpul barang-barang bekas yang ada di sampah.
Bapak perantauan asal Purworejo, Jawa Tengah ini bercerita, setiap harinya mengangkut sampah warga untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir di Ciracas, Jakarta Timur. Selain itu ia juga memilah sampah-sampah mana yang masih bisa dijual.
“Bapak keluar rumah angkut-angkut sampah selepas subuh hingga pukul 12 siang. Sampah dari rumah-rumah warga langsung dipilah mana yang masih bisa dijual dimasukkan ke dalam karung-karung yang digantung di gerobak sampah,” ujar Pak Paimo sambil memasukkan beberapa botol air mineral ke dalam karung. Khusus sampah yang bisa dijual memang sengaja ia pisahkan dengan beberapa karung. Yang mana sampah-sampah botol, gelas plastik, dan barang-barang lainnya yang kemungkinan bisa dijual berbeda masing-masing karungnya.
Selama 28 tahun lebih menjadi pengangkut sampah, ia jadi kenal banyak warga dan kadang mereka bantu-bantu. Ia biasa mendapat upah Rp 40.000-Rp 50.000 tiap kepala keluarga per bulannya. Rata-rata per bulannya ia bisa mengantongi sekitar 2 juta lebih dari upah mengangkut sampah. Sedangkan hasil dari penjualan barang-barang bekas sampah sekitar Rp 600.000 per bulan.
Belakangan Pak Paimo mesti berbagi wilayah serta rumah-rumah yang diangkut sampahnya dengan orang lain. Di wilayah biasa dia mengangkut sampah, ada beberapa orang yang berprofesi sama dengannya. Sehingga penghasilannya agak menurun, ditambah juga banyak para pemulung yang memang fokus hanya memilih sampah-sampah yang bisa dijual saja.
Harapan Pak Paimo tak muluk-muluk. Ia hanya ingin bisa terus mengangkut sampah milik warga dan memilah sampah yang bisa dijual agar bisa merawat serta bantu menafkahi kedua cucunya. Sepeninggal istrinya 4 tahun lalu, praktis ia harus terus memberi kasih sayang kepada mereka.
“Yah, mudah-mudahan Allah kabul keinginan saya ke depannya. Selain tetap sehat merawat cucu, enak rasanya klo bisa pakai gerobak motor angkut sampah, kaya PPSU yang sering ia lihat,” harap Pak Paimo sambil tersenyum menutup obrolan pinggir jalan kami.
Paket sembako dan sejumlah uang dari Sedekah Subuh IZI yang diterima Pak Pak Paimo jadi pembeda suasana pagi ini.
Mudah-mudahan keberkahan terus mengalir kepada kita semua yang terus berkontribusi kebaikan kepada sesama.
Senin, 7 November 2022
Tim Sedekah Subuh IZI
Leave a Reply