Tamiang – Di Tamiang, Aceh, air bersih bukan sekadar kebutuhan—ia adalah emas yang menyelamatkan hidup. Setelah banjir bandang dan longsor meluluhlantakkan pemukiman, masyarakat terpaksa bertahan di sekitar rumah mereka yang kini hanya menyisakan lumpur. Hari ke-19 pasca bencana, lumpur masih menggenang, ada yang sedalam pusar orang dewasa. Tidak ada pilihan makanan, tidak ada produksi pangan, dan yang paling menyayat hati: air bersih nyaris tak ada.

Sepanjang perjalanan sejak melintasi perbatasan Sumut-Aceh, kami menyaksikan pemandangan yang membuat dada sesak. Rumah-rumah hancur, harapan terkikis, dan warga menggunakan air got untuk kebutuhan sehari-hari. Berhari-hari mereka hidup tanpa air bersih. Sedih, miris, bercampur aduk rasanya melihat kondisi ini.

Di tengah situasi genting ini, Tim Respons Cepat IZI hadir membawa 31.200 liter air bersih siap minum. Air yang kami bawa bukan sekadar tetesan, tapi harapan. Kami sarankan untuk digunakan juga membersihkan tubuh yang penuh lumpur, namun warga memilih menyimpannya. Mereka memperlakukan air bersih seperti tabungan berharga—lebih mahal dari emas.

Di pos dapur umum yang IZI bangun, kami melayani ratusan warga setiap hari. Sebelum kami datang, mereka menggunakan genangan lumpur untuk mencuci. Warga menunjukkan lokasi dapur umum di samping masjid, daerah yang terisolasi. Makanan pun harus dijatuhkan dari helikopter karena tak ada tempat mendarat. Mereka terbang rendah, menjatuhkan paket di atas lumpur—begitulah perjuangan hidup di sini.

Alhamdulillah, kini air bersih tersedia untuk satu desa, cukup untuk 3-4 hari ke depan. Tim IZI terus menyiapkan pengiriman rutin dan mengaktifkan sumur-sumur tua yang terendam lumpur untuk kebutuhan MCK. Sumur yang berhasil kami aktifkan kini menjadi sumber kehidupan baru. Warga bisa mandi dengan air yang lebih layak, memasak, dan minum tanpa rasa takut.
Air bersih bukan sekadar cairan—ia adalah kehidupan, ia adalah harapan. Dan di Tamiang, kami berjuang agar harapan itu tetap mengalir.
[Arman – Ketua Rombongan Tim 4 TRC IZI untuk Aceh]

Leave a Reply