Oleh : Nana Sudiana (Direktur Pendayagunaan IZI)
“Jika kamu kehilangan kepercayaan, kamu kehilangan semua” – Eleanor Roosevelt
Bagi para pimpinan lembaga zakat, sejatinya ia merasa tak mudah menjadi nahkoda lembaga ini. Ada begitu banyak problem yang kadang menguras seluruh energi dan waktunya. Lebih dari itu, ada saja kekhawatiran bahwa apa yang ia lakukan, bukan membangun lembaga, malah memundurkannya ke garis belakang lagi.
Lembaga zakat memang tidak sepenuhnya bergantung pada pucuk pimpinan-nya, namun faktanya, pengaruh pimpinan akan menjadi corak dan warna paling kuat dalam sebuah lembaga. Termasuk urusan yang tak mudah dari pimpinan lembaga zakat yaitu menjaga harmoni antara pertumbuhan dan kenyamanan para amil.
Setiap lembaga ingin terus tumbuh dan berkembang. Ingin terus maju dan meningkat ukuran pengelolaannya, serta jaringan-nya lyn semakin luas. Untuk tumbuh semakin besar, sayangnya tak bisa instan. Ada kerja keras, kerja besar dan terus menerus yang justru bisa mengganggu ketidaknyamanan para amil di dalamnya.
Pertumbuhan lembaga, ibarat sebuah rumah tangga, terkadang pada fase awal, kita menganggap materi adalah prasyarat ketenangan dan kenyamanan. Namun setelah benar tercapai, justru itulah jebakan sebuah keluarga.
Keluarga harmonis, harus mampu menyeimbangkan laju pertumbuhan dengan kenyamanan anggota keluarganya. Dan di dunia amil pun tak berbeda jauh, untuk menuju pertumbuhan yang baik, para pimpinan lembaga zakat harus mampu menyeimbangkan antara peningkatan dan pertumbuhan lembaga dengan kenyamanan para amil zakatnya.
Dalam praktiknya memang tidak mudah. Karena soal kenyamanan sendiri sifatnya relatif. Saat yang sama, para amil sendiri pun ia harus menunjukan kemampuannya untuk terus berkinerja baik, penuh kesabaran dalam bekerja dan memiliki kesetiaan yang kuat pada lembaga.
Apakah semua hal tadi cukup. Jawaban-nya belum tentu. Waktu nanti yang akan menguji soal kemampuan keseimbangan ini. Dan soal waktu pula yang akan membuktikan soal seberapa seorang amil dan keluarganya bisa tetap bahagia dengan posisinya sebagai amil.
Dibawah ini ada beberapa tangga yang harus dilewati agar lembaga amil zakat bisa tumbuh dan amilnya bahagia.
Pertama, memastikan seluruh amil dan jaringan-nya memperkuat hubungan dengan Allah SWT. Ini mungkin terdengar klise, atau utopia. Namun faktanya, lembaga zakat sejatinya adalah lembaga yang sepenuhnya tumbuh karena ditopang oleh kepercayaan banyak pihak. Betapapun hebat dan kreatifnya sebuah lembaga zakat, bila tak lagi dipercaya masyarakat, ia seperti menghadapi kiamat. Selesai begitu saja, lantas dilupakan.
Bila kita berbicara soal kepercayaan ini, mungkin secara manusiawi ini terkait dengan soal branding dan kampanye yang masif dan bagus. Namun sebagai amil, kita harus meyakini bahwa, sesungguhnya yang mendorong hati seseorang dalam memutuskan hendak berzakat kemana, tak cukup dengan hanya branding dan soal-soal merk yang ada. Allah-lah penggerak hati calon muzaki sehingga ia putuskan hendak berzakat kemana dan seberapa kuat ia akan percaya pada salah satu atau beberapa lembaga.
Seorang amil, bila ingin terus memperbesar kepercayaan masyarakat, calon muzaki, dan menjaga kesetiaan hati muzakinya, ia harus terus menjaga hatinya dari kedekatan pada Allah SWT dan jangan pernah melupakan Allah SWT dalam setiap urusan apapun, termasuk soal-soal dalam menjaga kepercayaan ini. Mintalah selalu bantuan-Nya untuk menjaga terus lembaganya agar terus tumbuh dan para amilnya bahagia.
Ingat, Allah SWT sesuai asmanya, adalah Yang Maha Kuat (Al Qawi). Kekuatan dan kekuasaan-Nya sempurna sehingga tidak ada sesuatupun yang tidak bisa didapatkan-Nya. Allah SWT juga adalah Yang Maha Kokoh (Al Matin) yang berarti Allah memiliki kekuatan yang besar, yang tidak akan melemah karena apa pun.
Dengan demikian, seorang pimpinan lembaga zakat, adalah mereka yang semestinya yang paling kuat usahanya untuk mendekat dan terus mendekat pada Sang Khaliq, Allah SWT. Para pimpinan amil, bukan bos para amil, juga bukan raja atau seseorang yang paling diistimewakan, ia justru orang yang paling harus menjaga diri dari kemaksiatan, dan kemurkaan Allah SWT. Ia juga idealnya adalah orang yang berusaha mendekat pada-Nya dalam seluruh waktu dan kesempatan yang ada. Dengan demikian, bila sebuah lembaga ingin maju, kuncinya selain ikhtiarnya terus diperbaiki, juga kedekatannya pada Allah SWT pun harus terus dijaga dan dicontohkan langsung para pimpinan para amil.
Kedua, saling menjaga ibadah
Membangun dan memajukan lembaga zakat sejatinya menunaikan legacy umat. Butuh fokus, kesungguhan dan ketekunan dalam melaksanakan-nya. Salah satu anak tangga berikutnya setelah soal kedekatan dengan Allah adalah saling menjaga ibadah. Sebuah lembaga zakat ibarat sebuah keluarga, harus berkomitmen bersama untuk menjadikan keluarganya menjadi keluarga yang mawaddah, dan warohmah. Menjadi keluarga yang saling menjaga, saling setia dan rela berkorban.
Untuk menuju kesana, diperlukan kekuatan untuk saling menjaga ibadahnya dengan baik. Para pimpinan dan manajemen lembaga zakat harus saling menguatkan dalam usaha meraih kebahagiaan, kekuatan dan kemampuan dalam ketaatan beribadah di jalan Allah SWT. Di dalam lembaga amil zakat masing-masing, perlu secara berkala terus diingatkan dalam hal beribadah pada Allah SWT.
Ketiga, bersyukur kepada Allah
Selanjutnya, dalam meningkatkan kemampuan lembaga untuk terus tumbuh dan harmoni, diperlukan pula rasa tenang, damai nan tanpa gejolak. Semua sifat tadi, terkumpul dalam satu sikap yang tak mudah, yakni bersikap syukur pada Allah SWT. Dengan rasa syukur, Insya Allah akan jadi pendorong kemajuan lembaga, juga merupakan salah satu pondasi kesuksesan dan kemajuan lembaga. Dengan syukur yang benar, ada energi yang luar biasa untuk terus bergerak dan menumbuhkan kebaikan diri dan lembaga dalam melayani san mewujudkan kebaikan untuk sesama.
Keempat, selalu bersabar dan berlapang dada
Selanjutnya, dalam membangun dan memajukan lembaga, kita juga harus senantiasa mengedepankan husnudzon dan bersabar, juga menjadi pribadi dan lembaga yang pemaaf. Para pimpinan amil zakat, harus mendidik dan membiasakan para amilnya untuk belajar bersabar satu sama lain. Ujian atau konflik dalam mengelola zakat memang tak bisa kita hindari. Karenanya para pimpinan amil dan manajemen-nya sebaiknya membiasakan untuk selalu terbuka, saling jujur dan mempercayai satu sama lain. Bila salah satu amil diketahui mempunyai kesalahan, kita semua harus mendidiknya dengan sabar sebelum memutuskan sanksi yang tepat.
Bersabar juga pada dasarnya soal ilmu memaafkan. Setiap kesalahan harus dipandang dalam sudut pandang pendidikan, yakni bahwa ia masih punya kesempatan untuk berubah dan tak terulang. Kita semua tahu, dengan berbagai problema masing-masing amil di dalam mengelola zakat, bisa saja muncul kesalahan-kesalahan dengan berbagai alasan dan penyebab-nya. Jika kita ingin menciptakan harmoni dan keseimbangan untuk bisa terus tumbuh, maka kita harus berlapang dada, mencoba memaafkan mereka, dengan tetap menjadikan ini sebagai sebuah proses, walau tetap bisa saja menyiapkan sanksi yang proporsional dan bersifat edukatif.
Kelima, bekerja profesional dan berkualitas
Untuk membangun lembaga zakat nan berkualitas, para pimpinan lembaga zakat harus terus menumbuhkan dan menjaga sikap profesional. Selain menyiapkan rencana dan desain organisasi yang baik, para pimpinan lembaga zakat juga harus menjaga dan merawat semua jejaring yang ada agar bisa saling menopang dan memperkuat.
Profesionalisme ini juga idealnya dibarengi dengan kemampuan untuk fokus dan konsentrasi penuh dalam menemukan setiap solusi dari masalah-masalah umat lewat lembaga zakat masing-masing. Harus terlihat nyata juga dampaknya.
Sebuah lembaga zakat, lahir dari perhatian dan curahan dukungan umat. Sudah jelas, dengan situasi ini para pimpinan dan aktivis lembaga zakat harus pula mampu mencurahkan perhatian penuh dari dirinya untuk umat dan bangsa ini. Kesungguhan, dedikasi dan profesionalisme dalam kerja akan menjadi ucapan terima kasih paling tulus untuk umat dan bangsa ini.
Untuk menguatkan hal tadi, diperlukan juga mengoptimalkan waktu-waktu yang dimiliki sepanjang bekerja dengan waktu terbaik dan berkualitas. Waktu yang berkualitas ini akan menjadi pemicu efektivitas lembaga ketika ia melayani umat dan menyelesaikan problema-problema yang ada. Waktu yang baik dan berkualitas juga, akan mengarah pada terciptanya relasi lembaga dan amilnya yang harmonis, yang semoga inline dengan kemampuan terbaiknya untuk tumbuh dan berkembang juga melaju signifikan di tengah dinamika gerakan zakat Indonesia.
Akhirnya, menuju kemajuan lembaga dengan tanpa kehilangan esensi dan makna adalah dambaan semua lembaga, namun tak mudah memang melewati 5 tangga sukses yang ada. Diperlukan keseriusan, juga kesungguhan bersama. Di situlah, pimpinan dan seluruh amil, hakikatnya sama, ia bekerja untuk menuju satu cita-cita mulia. Menjadikan mustahik hidupnya mulia dan terbebas dari problema mereka.
Kesibukan, riuh rendah pekerjaan yang ada di kantor lembaga amil zakat, tak boleh menghalangi hubungan para amil dengan Tuhannya. Ini sejatinya pilar paling kuat lahirnya lembaga zakat yang sehat, jauh dari maksiat dan bermartabat. Amil dan zakat, sejatinya ibarat air bersih dan muaranya, ia tak boleh kotor, dan harus terus dirawat. Hanya yang bersih jiwanya yang akan memancarkan kebaikan dan mampu menarik orang-orang baik untuk mendukung dan memperkuatnya.
Fokus menjaga kebaikan,
Insyaallah, Allah SWT akan bantu kita tumbuh penuh kebaikan.
Fokus mendekat pada Allah,
Insya Allah, Allah akan kokohkan dan besarkan lembaga kita penuh kekuatan.
“Hasbunallah Wani’mal Wakil Ni’mal Maula Wani’man Nasir”
(Cukuplah Allah sebagai tempat diri bagi kami, sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baiknya penolong kami).
#Bogor-Condet, 1-2 Desember 2021
Leave a Reply