Anas Bin Malik, namanya melambung karena kecerdasannya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Diketahui, tidak kurang dari 2286 hadits yang beliau riwayatkan; 180 hadits di antaranya ada dalam ash-Shahibain, 80 hadits khusus dalam Shahih al-Bukhari, dan 90 hadits khusus dalam Shahih Muslim.
Saat usia Anas bin Malik mencapai delapan tahun, rumahnya kedatangan tamu agung, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibundanya, Ummu Sulaim menyajikan korma dan minyak samin. Sejurus kemudian, Rasulullah menolak dengan halus karena sedang berpuasa. Namun karena Ummu Sulaim ingin memberikan yang terbaik karena kedatangan Rasulullah, maka ia memberikan sebuah hadiah.
“Wahai Rasulullah, aku memiliki hadiah khusus bagimu…” ucap Ummu Sulaim.
“Apa itu?” tanya Rasulullah.
“Orang yang siap membantumu, Anas…” jawabnya.
Seketika itulah Rasulullah memanjatkan doa untuk Ummu Sulaim dan Anas bin Malik. Beliau berdoa, “Ya Allah, perbanyaklah harta dan keturunannya, serta panjangkanlah usianya.”
Ummu Sulaim memiliki julukan Rumaisha atau Ghumaisha. Dalam hadits Anas, dikatakan bahwa ketika Nabi memasuki Jannah, beliau mendengar suara terompa seseorang. “Suara siapa ini?” tanya beliau. Kata para Malaikat: “Itu adalah suara Ghumaisha binti Milhan, Ibunda Anas bin Malik.” (HR. Muslim).
Sebagai wanita yang dijamin surga, Ummu Sulaim termasuk wanita yang cemerlang akalnya, penyabar, juga pemberani. Saat Ummu Sulaim baru masuk Islam, suaminya -Malik bin Nadhar- menyindirnya; “Hai, kamu murtad dari agama leluhurmu ya..?”
“Tidak… aku justru beriman (kepada Allah),” jawab Ummu Sulaim.
Kemudian ia menaqilkan bayinya -Anas- dengan Kalimatut Tauhid; “ucapkan laa ilaaha illallaah … Muhammadun Rasuulullah…” Lalu, Anas pun mengucapkannya.
Mendengar ucapan Anas tadi, ayahnya merasa gerah. “Jangan kau rusak keyakinan anakku!” bentak Malik. “Aku tidak merusak keyakinannya… Aku justru menyiapkannya untuk suatu urusan besar yang tak pernah kau duga..” bantah Ummu Sulaim.
Malik bin Nadhar pun mangkat. Kemudian Ummu Sulaim menikah dengan Abu Thalhah. Sangat nampak kecerdasannya saat menawarkan Islam kepada Abu Thalhah. Keduanya menikah dengan mahar keislaman Abu Thalhah. Keluarga mereka penuh dengan rasa kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Dari tawaran Ummu Sulaim untuk mengangkat Anas sebagai pembantu turut mendorong kecerdasan anaknya. Bahkan bukan sekedar pembantu Rasulullah, ia seakan menjadi ‘asisten pribadi’ Rasulullah. Sebab ia dipercaya sebagai perantara dalam masalah-masalah tertentu yang tidak diketahui sahabat lainnya.
Doa tersebut menghasilkan usia yang Panjang (meninggal di usia lebih dari seratus tahun), anak yang banyak (mencapai ratusan orang anak keturunannya), harta yang melimpah (tanah yang subur, berbau Kasturi, terhindar juga dari kekeringan) dan ilmu yang luas. (susi)
Leave a Reply