JAKARTA – Ahad pagi selepas subuh seperti biasanya di kawasan Cijantung Jakarta Timur digelar Car Free Day setelah sekian lama ditiadakan karena pandemi Covid 19. Ada yang cukup menyita perhatian dari sekian banyak para pedagang yang menyiapkan barang dagangan mereka.
Ia mangkal dan menjajakannya pas di tikungan jalan, jauh dari pusat jajanan di kawasan tersebut namun cukup terlihat oleh banyak orang dan kendaraan yang lewat.
Seorang lelaki paruh baya nampak sedang memanggang ketan yang berjejer rapi. Ia tampak semangat walau hanya bermodalkan gerobak pikul kayu yang sangat sederhana. Ia adalah Pak Misbah (53 th), pedagang ketan panggang pikul keliling asal Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia tinggal di kontrakan di dekat terminal Kampung Rambutan Jakarta Timur.
Pak Misbah sudah 32 tahun tinggal di Jakarta dan berprofesi sebagai pedagang ketan panggang pikul keliling. Biasanya ia mulai membuat ketan serta bahan pelengkap lainnya sejak dinihari. Sebelum subuh ia bergegas menuju salah satu musholla di Cijantung yang dekat dengan kawasan Car Free Day. Selepas menunaikan sholat subuh, barulah ia menuju tempat biasanya mangkal di tikungan jalan yang agak jauh dari pedagang lainnya.
Pukul 05.30 WIB Pak Misbah sudah sibuk memanggang ketan-ketan yang berukuran sekitar 10 cm. Ia membandrol hanya Rp 2.500 per potong dan rata-rata habis terjual 50-60 potong saat Car Free Day hari Ahad. Dengan modal Rp 100.000 ia dapat omset sekitar Rp140.000-150.000 di hari itu sejak pukul 05.30 WIB hinggal pukul 12.00 WIB.
Pak Misbah mangkal di kawasan Car Free Day Cijantung hanya hari Ahad saja. Hari-hari lainnya ia berkeliling daerah Cijantung dan sekitarnya pagi hingga sore. Perjalanan hidupnya sebagai pedagang ketan panggang pikul keliling tak mulus-mulus saja. Seringkali dagangannya tidak laku semua dan sisanya dibuang karena bahan kelapa yang tak tahan. Bahkan beberapa waktu lalu ia kehilangan handphone jadulnya dan uang Rp 200.000. Saat itu ada pembeli yang berpura-pura membeli dengan jumlah besar, namun saat ia lengah ternyata dicuri.
Demi istri dan 3 anak-anaknya di Tasikmalaya Jawa Barat, ia pun memutuskan terus berdagang ketan panggang pikul keliling hingga saat ini. Terkadang ia berfikir sampai kapan harus seperti ini. Namun ia sadar pendidikannya yang tak selesai dan keterampilan yang terbatas maka kehidupan harus terus dijalani selagi mencari yang halal.”Bapak sering pegal-pegal badannya karena seharian memikul dagangan, pengen beli gerobak dorong kalau ada rezeki, biar lebih ringan,” harapan Pak Misbah menutup obrolan kami pagi itu.
Alhamdulillah, pagi itu Pak Misbah mendapat bantuan modal usaha dan paket sembako dari program Sedekah Subuh IZI. Semoga sumbangsih konkret kita semua terus memberi semangat dan dorongan para pejuang keluarga untuk terus berjuang menjalani kehidupan.
Ahad, 6 November 2022
Tim Sedekah Subuh IZI
Leave a Reply