JAWA TIMUR – 27 Mei 2022, menjadi hari yang tak terbayangkan sebelumnya oleh Nana (24 Tahun). Saat itu ia sedang menemani ayahnya menjalani terapi kemo di RSUD Soetomo, tiba tiba setelah sholat tarawih ia mendapatkan telfon bahwa suaminya drop dan saat itu langsung di rawat inap di puskesmas Paciran, Kab Lamongan, Jawa Timur.
Perasaan bingung, sedih dan penasaran berkecambuk di hati dan pikiran Nana, karena selama ini yang dia tahu, suaminya sehat dan tidak pernah sakit.
Nana terus memantau keadaan suaminya melalui telfon sembari menunggu ayahnya yang sedang kemo. Malam itu nana kaget setelah mengetahui bahwa suaminya ternyata mengalami pembengkakan liver dan gejala paru paru basah.
Perasaan hancur, bersalah dan bingung masih terus dirasakan oleh Nana, tapi ia sadar tidak ada gunanya tenggelam dalam kesedihan saat ada 2 orang yang sangat berarti untuknya sangat membutuhkan support dari Nana. Berusaha tegar walau hancur demi sang ayah tidak mengetahui kondisi menantunya dan tidak mengkhawatirkan Nana. Hanya sujud dan doa yang bisa menjadi penguat.
Keesokan harinya, suaminya dinyatakan kritis, dan keluarga besar menyarankan Nana untuk segera kembali ke paciran. Saat itu menjadi titik terberat dalam hidup Nana. “Rasanya gak ada manusia di dunia ini yang mau di hadapkan dengan pilihan ini, kalau aku pulang siapa yang nunggu bapak? Tapi kalau aku tetap disini, semua istri pasti ingin ada disaat saat terakhir suaminya.” tutur Nana.
Akhirnya, Nana memberanikan diri menyuruh adiknya yang masih SMP dan ibunya yang sudah lanjut usia untuk naik travel ke Surabaya agar bisa menemani ayah menjalani kemo. Pukul 13.00 ibu dan adeknya datang, Nana langsung berpamitan untuk kembali ke paciran. Pukul 14.00 Nana masih sampai pantura gresik, saudara menelpon dan mengabarkan bahwa suaminya telah wafat. Saat itu Nana terdiam, bahkan menitikan air mata saja rasanya sudah tidak mampu. Hanya doa terbaik yang bisa nana berikan sebagai baktinya kepada suami.
Sepanjang perjalanan hingga sampai di rumah duka, Nana mengingat semua kebersamaannya bersama sang suami, walaupun umur pernikahannya Allah takdirkan hanya 76 hari. Nana yakin walau hancur tapi ini yang terbaik yang telah Allah pilihkan untuk ia jalani.
Tak mudah menjalani semua ini, motivasi Nana bangkit kembali karena dia tidak mau kehilangan orang yang sangat disayanginya untuk kedua kali. Saat ini Nana kembali menemani ayah berjuang melawan sakit tumor telinga yang dideritanya. Setelah kemo yang sudah dijalani, ayahnya di jadwalkan sinar selama 35 hari.
“Aku bersyukur banget mbak bisa tinggal di RSP YBM PLN-IZI, selain karena sudah meringankan pengeluaran biaya hidup buat pengobatan ayah, aku juga menemukan diriku sendiri disini, bisa kembali ceria, bisa mulai terbuka dengan lingkungan sekitar, dan lebih bisa mensyukuri apa yang telah ditakdirkan oleh Allah” ucap Nana. (rspizijatim)
Leave a Reply